Kamis, 12 Juni 2008

DOA PERMINYAKAN (MINYAK URAPAN) DAN TUMPANGAN TANGAN

DOA PERMINYAKAN (MINYAK URAPAN) DAN TUMPANGAN TANGAN



A. Doa Perminyakan

1. Dalam PB yang menulis secara lengkap gabungan doa dan peminyakan terdapat di
a. Yakobus 5:14.

”Kalau ada seseorang diantara kamu yang sakit , baiklah ia memanggil para penatua jemaat supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.”

Dalam hal ini perlu diketahui bahwa penulis Yakobus bukan menekankan factor peminyakannya tapi factor doanya[i].[ii]

Bagi Yakobus iman tanpa perbuatan adalah mati (2:14-26) sehingga tidak heran jika ia menekankan aspek doa (mendekat kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu, 4:8a) sebagai bagian dari spiritualitas (expresi dari iman) yang sangat menopang ketahanan seseorang untuk mewujudkan imannya dalam tindakan.

”Kalau ada seorang diantara kamu menderita baiklah ia berdoa (5:13a). Kalau ada seseorang diantara kamu yang sakit , baiklah ia memanggil para penatua jemaat supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu --- dan dosanya juga diampuni. Hendaklah kamu saling mengaku dosa dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar bila dengan yakin didoakan , sangat besar kuasanya.” (5:14-16).

Sedikit berkembang dari pandangan Paulus, ia mengatakan bahwa manusia dibenarkan oleh perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman (2:24). Apakah katanya tentang doa?

”Kamu tidak memperoleh apa-apa karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (4:2c-3).

Karena kecenderungan manusia untuk sama dengan dunia maka akan sangat membantu jika kedewasaan iman orang Kristen menurut Yakobus dibina dalam konteks komunitas (mutually supportive community) misalnya saling mengaku dosa; saling mendoakan; saling memperhatikan (5:16, 19-20).

Pernyataan bahwa pengertian yang ada dalam Yak 5:14 adalah penekanan pada doa bukan pada perminyakan didukung oleh penggunaan kata aleipho dan bukan kata chrio untuk menerangkan perminyakan (mengoleskan dengan minyak). Aleipho adalah kata umum yunani yang sekitar abad 1-2 digunakan untuk menerangkan praktek sehari-hari orang ketika meminyaki rambutnya, atau meminyaki badanya untuk berbagai kepentingan termasuk kepentingan pengobatan, dan penggunaan minyak zaitun untuk mempromosikan penyembuhan. Contohnya ketika kita mengoleskan kream penahan sinar matahari di kulit kita, ketika kita mengoleskan lotion di kulit kita yang kering, Atau bisa kita sebut juga sebagai yang digunakan untuk external physical anointing,

Sedangkan kata chrio dalam pengertian figurative adalah pengurapan yang dilakukan oleh Allah.

Kata aleipho lebih sejajar pengunaannya dengan kata suk (to anoint) dan tuah (to rub) daripada kata masyah (to anoint, to smear) dalam PL, Karena kata masyah parallel dengan kata chrio yang mengandung pengertian religius dan teologi dari konsep pengurapan.[iii]

Bisa kami katakana bahwa jika nilai doa dan perminyakan seimbang bagi Yakobus maka ia akan menggunakan kata chrio bukan aleipho, sebab kata chrio mengandung unsur tindakan keilahian (lihat pengertian doa bagi Yakobus seperti yang kami tulis di atas).

b. Markus 6:13:
…”mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.”

Dalam injil ini perminyakan dilakukan minus unsur doa. Dan kata aleipho digunakan untuk kata kerjanya.

Cerita penyembuhan dengan minyak dalam kitab Markus 6:13 yang merupakan bagian dari 6:6b-13 paralel dengan Matius 10:5-15 dan Lukas 9:16. Cuma di kedua injil ini mengoleskan orang sakit dengan minyak tidak tertulis.

C.S Mann menuliskan bahwa kata kerja mengoles (to anoint/ aleipho) dan minyak (elaion) adalah baru (bandingkan Frederick C. Grant yang menuliskan…but anointing sounds unusual, though it was a common treatment of the sick in ancient times, lihat Mark, The Interpreters Bible, 733) walaupun menggunakan minyak sebagai emollient popular di dunia kuno. Di sini Markus menempatkannya sebagai yang factor yang mendampingi penyembuhan yang ajaib. Inti dari bagian cerita ini dalam ketiga injil sebenarnya adalah hendak mewartakan melalui pelayanan para murid bahwa kerajaan Allah itu sudah datang.

Penggunaan kata aleipho lainnya di PB:

"But when you fast, put oil on [aleipho] your head and wash your face" (Matthew 6:17)
"When the Sabbath was over, Mary Magdalene, Mary the mother of James, and Salome bought spices so that they might go to anoint [aleipho] Jesus' body." (Mark 16:1)
"and as she stood behind him at his feet weeping, she began to wet his feet with her tears. Then she wiped them with her hair, kissed them and poured [aleipho] perfume on them." (Luke 7:38)
"You did not put oil on my head, but she has poured [aleipho] perfume on my feet." (Luke 7:46)
"This Mary, whose brother Lazarus now lay sick, was the same one who poured [aleipho] perfume on the Lord and wiped his feet with her hair." (John 11:2)
"Then Mary took about a pint of pure nard, an expensive perfume; she poured [aleipho] it on Jesus' feet and wiped his feet with her hair. And the house was filled with the fragrance of the perfume." (John 12:3)
Dari penggunaan kata di atas nampak bahwa mengoleskan dengan minyak ataupun rempah-rempah dengan menggunakan kata kerja aleipho menunjukkan suatu perbuatan/pekerjaan biasa saja, bukan suatu tindakan yang diartikan sacral
Peminyakan/pengurapan kudus dimana roh kudus berperan menggunakan kata chrio dan kata kerja ini tidak pernah dihubungkan dengan penyembuhan (healing), hal ini nampak di pemunculannya di PB di:
"The Spirit of the Lord is on me, because He has anointed [chrio] me to preach good news to the poor. He has sent me to proclaim freedom for the prisoners and recovery of sight for the blind, to release the oppressed" (Luke 4:18/ lukas)
"Indeed Herod and Pontius Pilate met together with the Gentiles and the people of Israel in this city to conspire against your holy servant Jesus, whom You anointed [chrio]." (Acts 4:27/ Kisah rasul)
"how God anointed [chrio] Jesus of Nazareth with the Holy Spirit and power, and how he went around doing good and healing all who were under the power of the devil, because God was with him." (Acts 10:38/Kisah rasul)
"Now it is God who makes both us and you stand firm in Christ. He anointed [chrio] us" (2 Corinthians 1:21)
"You have loved righteousness and hated wickedness; therefore God, your God, has set you above your companions by anointing [chrio] you with the oil of joy." (Hebrews 1:9)

Kata kerja mengurapi (chrio) mayoritas bersubjekkan Allah, lihat Lukas 4:18; Kisah rasul 4:27; 10:38; 2 Korintus 1:21 dan Ibrani 1:9 dan materi pengurapan adalah roh kudus (roh Allah), lihat 4:18; Kis 10:38 dan di Ibrani 1: 9 dengan minyak sebagai tanda kesukaan.


Berdasarkan penjelasan tentang perbedaan penggunaan kata kerja di atas nampak bahwa materi pengolesan/pengurapan bukanlah factor yang penting, yang penting adalah factor subjek siapa yang mengoleskan dan berdasarkan factor subjek inilah maka munculnya perbedaan pengenaan kata kerja, yaitu chrio dan aleipho. Pengurapan yang sacral menggunakan kata kerja chrio dan melibatkan roh kudus (Allah), sedangkan pengurapan/pengolesan yang dilakukan sehari-hari menggunakan kata aleipho yang menggunakan minyak, rempah-rempah ataupun parfum. Dan hanya dua bagian dalam PB yang menuliskan tentang pengurapan orang sakit denagn minyak yaitu di Yakobus 5:14 dan Markus 6:13. Dan dikedua tempat menggunakan kata kerja untuk tindakan sehari-hari. Seperti diketahui bahwa adalah hal biasa waktu itu untuk menggunakan minyak ataupun anggur untuk menyembuhkan, lihat cerita orang Samaria yang baik hati di Lukas 10:33-34.

2. Dalam Perjanjian Lama

Kata kerja- masyah (to smear, anoint) mempunyai pengertian sekuler dan sacral. Pengertian sekuler di dapat di Jer 22: 14; Yes 21:5 dan 2 Sam 1:21. Sedangkan kata kerja yang berfungsi untuk pengurapan yang bernuansa sacral yang berfungsi menguduskan biasanya dalam peristiwa penobatan/pengukuhan jabatan,[iv] dimana minyak adalah materi yang diurapi di atas kepala,
Lihat:
a. Nabi, lihat 1 Raja 19:16 (Elisha oleh Elijah); Yes 61:1;
b. kepada raja, terdapat di Hakim 9:8 (E); Hos 8:3; 7:3; I Sam 16:3,12,13; 1 Raja 1:39; 11:12,23,30; 2 Taw 22:7; 23:11; Maz 89:21 ; 45:8;
c. Kepada Israel: 1 Sam 15:1,17; 2 Sam 5:3,17; 12:7; 1 Taw 11:3; 1 Raja 1:34; 19:16; 2 Raja 9:3,6,12; 1 Taw 29:22; 1 Sam 9:16 dan 10:1;
d. kepada benda-benda suci Kej 31:13 (E)[v]; 28:18 ; Bil 7:1;
e. kepada tabernakel dan perlengkapannya: Kel 29:36; 30:26; 40:9-11; Im 8:10-11; Daniel 9:24
f. Keimamam Harun di Kel 28:41; 29:7; 30:30; 40:13,16; Im 7:36; 8:12; Bil 35:25; Kel 29:29.

Minyak yang digunakan untuk pengurapan disebut mishah yang dimengerti sebagai minyak suci (holy oil). Di dalam PL bentuk ini hanya terdapat di dalam tulisan P: Kel 25:6; 30:25; Kel 29:7, 21; 31:11; 35:8,15, 28; 37:29;39:38; 40:9; Im 8:2[vi],1012,30; 21:10; Bil 4:16; Kel 30:25,31; Im 10:17; 21:12. Di sini objek dari yang diminyaki adalah imam (Aron). [vii] Perminyakan ini mengartikan bahwa kekudusan Ilahi diperluas ke semua benda dan orang yang diminyaki.[viii]

Objek yang diurapi yang disebut masyiah yang pengertiannya sejajar dengan kata kristos dalam bahasa Yunani. Pengenaan objek ini adalah pada raja Israel; Imam besar/tinggi Israel; Cyrus; Messianic prince dan Patriach (Maz 105:15 dan 1 Taw 16:23).

Berdasarkan keterangan di atas bisa dikatakan bahwa di dalam PL kata mengoleskan/mencat/megurapi hanya satu kata yaitu mashah, satu kata yang mengandung dua nuansa yaitu sacral dan sekuler. Pengertian sacral selalu yang berhubungan dengan proses ritual, baik isi, maupun manusia dan benda-benda yang terlibat dalam proses ritual tersebut, seperti pelakon ritual (imam, nabi), benda yang digunakan dalam proses ritual (benda-benda suci dan tabernakel dan isinya). Perlu dikatahui bahwa masa itu tidak ada pemisahan antara agama dan pemerintahan sehingga penobatan raja juga menggunakan kata ini. Dan minyak yang digunakan juga memang khusus digunakan untuk pengurapan ini, sehingga nama minyak tersebut juga ditarik dari kata dasar mashah menjadi misheah. Tidak ada sama sekali dalam PL peminyakan dalam hubungannya dengan penyembuhan.

Setelah melihat penampakan dalam PL dan PB bisa kami katakan bahwa tentang doa perminyakan di dalam alkitab hanya didukung oleh satu text yaitu Yakobus 5:15. Setelah mengkaji isi Yakobus seperti yang dipaparkan di atas kami mengambil kesimpulan bahwa peminyakan tidak mengandung nilai sacral/keilahian, tapi lebih mengandung unsur obat. Peminyakan yang mengandung nilai sacral tidak bertujuan untuk penyembuhan. Hal ini juga didukung di PB bahwa Yesus sendiri tidak pernah menganjurkan kita untuk melakukan doa perminyakan, juga para rasul maupun orang Kristen lain tidak menganjurkan ini setelah hari Pentakosta. Jika kita setuju bahwa Markus 6:13 adalah tambahan kemudian (the last redactor)[ix], maka Ia juga tidak pernah menganjurkan muridnya untuk mengurapi orang dengan minyak. Yesus sendiri tidak pernah dicatat mengurapi orang dengan minyak. Sehingga bisa dikatakan bahwa berdoa peminyakan atau peminyakan adalah tidak penting, tapi tidak juga saya katakan bahwa itu dilarang, karena secara alkitabiah berdasarkan penjelasan di atas kita tidak bisa mengatakan apakah ini benar atau tidak. Karena perminyakan adalah bagian kehidupan sehari-hari (tradisi budaya) dan tidak mengandung nilai sacral . Pengolesan minyak pada kaki yang sakit sejajar dengan pemolesan krem pemutih/jerawat bagi orang yang ingin putih atau ingin hilang jerawatnya. Jadi jika dalam tradisi karo sendiri kita sudah mengenal penggunaan minyak sejak dulu maka baik juga jika dikatakan bahwa diminyaki mungkin menolong dari sudut ilmiah, tapi bukanlah persyaratan penyembuhan Ilahi (atau hal keilahian lainnya). Dan perlu juga disimak bahwa dalam PB banyak dituliskan berdasarkan iman sesorang sangat signifikan membantu proses penyembuhannya (lihat perempuan pendarahan; orang lumpuh yang dapat berjalan). Jadi jika pengurapan dengan minyak bisa meningkatkan iman seseorang (pengertian iman disini bisa dimengerti oleh psikologis sebagai sugesti- lihat hubungan antara otak dan tubuh) untuk proses penyembuhannya, mengapa tidak. Dan dalam PB tidak pernah menyebutkan jenis minyak apa yang harus digunakan juga cara pengolesan/pengurapan yang khusus.


B. Doa Tumpang Tangan

1. Dalam PL

Dalam PL menumpangkan tangan adalah sikap dalam upacara korban yang banyak ditulisan Priestly, dengan menggunakan kata samak (lean on, support). Di luar P sikap ini didapatkan di 2 Taw 29:32 dan Kej 48:14, 17, 18, yang menggunakan kata sim dan sit yang keduanya berarti ditempatkan/diletakkan.

Kata samak mengandung arti bersandar, meletakkan diri, beristirahat dan menumpangkan/meletakkan, dan menyandang/support. Untuk topic kita hanya yang mengandung arti menumpangkan/meletakkan tangan yang dilihat dan yang muncul dalam konteks ritual korban (persembahan korban) yang biasanya tangan diletakkan diatas kepala korban.

Kata samak digunakan dalam 2 kategori yaitu

1. Sikap yang muncul dalam konteks persembahan korban. Disini sipemberi korban meletakkan satu tangannya di atas kepala korbannya (bandingkan Im 1:4; 3:2,8 (perwakilan komunitas ),13; 4:4,24,29,33).

Jika dalam bentuk grup yang memberikan korban, maka setiap orang dalam grup itu meletakkkan satu tangannya ke atas kepala korban (Kel 29:10 (Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya keatas kepala lembu jantan),15 (Harun dan anak-anaknya) ,19 (Harun dan anak-anaknya); Im 4:15 (para tua-tua umat meletakkan tanganya di atas kepala, jika umat isreal yg bersalah)) ; 8 :14 (harun dan anak-anaknya), 18 (Harun dan anak-anaknya) , 22 (Harun dan anak-anaknya) ; Bil 8:12 (orang lewi) ; 2 Taw 29:23 (para imam dan orang lewi).

Penumpangan tangan tidak perlu dilakukan jika korban berbentuk jenis unggas atau unggas atau cereal/ gandum. Penumpangan tangan bagi para orang Lewi yang tertulis di Bil 8:10 yang dilakukan oleh orang Israel berarti bahwa orang Lewi dipersembahkan kepada Allah untuk melakukan merekalah yang memiliki otoritas tapi sebagai penguat legitimasi pengesahan penyerahan, karena tetap Harunlah yang memproposekan penyerahan orang lewi oleh umat Israel kepada Allah (Bil 8:11).

2. Tiga sikap dari samak yang tidak dalam konteks persembahan korban dan melakukannya dengan dua tangan yaitu di Im 16:21. Namun di Bil 27:18 (Musa meletakkan tanganya ke atas kepala Yosua) dan Ul 34:9 (Musa meletakkankan tangan atasnya) tidak terlalu jelas apakah satu atau dua tangan. Dalam Bil 27 menunjukkan bahwa dua tangan harus digunakan jika itu hari ritual pergantian tahta. Dan itu jelas di Im 16:21 (imam Harun), tapi tidak di Im 24:14 (seluruh jemaat/orang yang mendengar pengakuan salah orang tsb harus meletakkan tangannya diatas kepala orang tsb).

Penumpangan tangan dalam PL dilakukan dalam rangka memberikan berkat, mempersembahkan korban, mentranfer karunia atau tahta (ingat bahwa tidak bisa dipisahkan hubungan agama dan pemerintah). Nampak bahwa penompangan tangan tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang, tapi orang-orang yang mendapat tugas (dipilih untuk itu), apalagi melihat pengertian teologis dari berkat, persembahan korban yang berarti proses pendamaian (rekonsiliasi dengan Allah). Walaupun di dalam persembahan korban pendamaian dan penyerahan suku Lewi kepada allah, perorangan, tua-tua Israel dan umat Israel menumpangkan tangan, itu bukan sebagai pemegang otoritas, tapi sebagai tanda mengambil bagian ataupun perwakilan.



B. Dalam PB

Konteks penumpangan tangan dalam PB tidak lagi persembahan korban tapi berhubungan dengan penyembuhan , baptisan dan penambahan unsur roh kudus. Sehingga dalam PB penumpangan tangan berhubungan dengan penyembuhan, berkat, baptisan dan roh serta pengutusan atas tugas tertentu. Konteks penumpangan tangan selalu religius dan dibarengi dengan doa. Penumpangan tangan bermakna simbolik. Dalam PL dan rabbinic tradisi tidak pernah penumpangan tangan berhubungan dengan penyembuhan, juga tidak berhubungan dengan mujizat.

Mark 5:23 (Yesus meletakkan tangannya atas seorang anak perempuan; 6:5 (menyembuhkan orang sakit dengan meletakkan tangannya); 7:32 (meletakkan tangan atas orang tuli dan gagap) ; 8:22-26 (menjamah orang buta) ; Luk 4:40 (meletakkan tangan atas mereka dan menyembuhkan mereka); 13:13 (meletakkan tangan atas perempuan itu), menunjukkan bagaimana Yesus menyembuhkan dengan menumpangkan tangannya atas sisakit. Juga orang Kristen mula-mula (Mark 16:18, penumpangan tangan atas orang sakit adalah kuasa yang diberikan Yesus kepada pengikutnya, walau kita tahu bahwa ini adalah tambahan kemudian), seperti Ananias (Kis 9:12,17; murid Yesus yang mencelikkan Saulus dengan menumpangkan tanganya) Paulus (Kis 28:8; Paulus berdoa dan menumpangkan tangannya ). Tentu saja penyembuhan dikomunikasikan melalui tumpangan tangan itu.

Yesus juga memberkati anak-anak dengan menumpangkan tangannya (Mark 10:13-16)

Dalam Kisah Rasul penumpangan tangan berhubungan dengan upacara baptisan dan Roh Kudus lihat Kis 19:5-6 dimana setelah hari pentakosta Paulus menumpangkan tangannya atas orang-orang yang tadinya dibaptis oleh John pembaptis dan sekarang dibaptis dalam nama Yesus, dan Roh kudus turun di atas mereka dan mereka berbicara dalam bahasa lidah dan bernubuat. Lihat juga Kis 9:17 dan 8:16-19, tentang peran roh kudus. Harus dibaptis tidak hanya dalam nama tuhan Yesus saja tapi juga atas nama roh kudus melalui tumpangan tangan agar menerima roh kudus. Lihat bahwa dalam kisah rasul penumpangan tangan adalah factor mendatangkan roh kudus. Kebanyakan para ahli setuju bahwa bahwa penumpangan tangan di Ibrani 6:2 berhubungan dengan baptisan.

Dalam 1 Tim 4:14 diingatkan agar Timotius tidak lalai menggunakan karunia yang ada padanya yang telah diberikan oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua. Dan di 2 Tim 1:6 dituliskan bahwa Paulus menumpangkan tangannya atas Timotius.
Dalam 1 Tim 5:22 Paulus menasihatkan Timotius untuk tidak terburu buru menumpangkan tangan atas seseorang.

Hampir sama seperti yang nampak dalam PL, dalam PB juga orang-orang yang menumpangkan tangan adalah orang-orang yang mempunyai otoritas, hanya di Timotius dikatakan bahwa ia mendapat tumpangan tangan oleh sidang penatua, tapi jika diperhatikan otoritas peneguhan Timotius adalah dari Paulus.

[i]
[ii] Peminyakan di sini hanya sebagai symbol dalam hubungannya dengan ritual penyembuhan, lihat, Mark. Anchor Bible Dictionary, 293, lihat juga apa yang dituliskan Easton dalam, James, The Interpreters Bible vol. 12, …”Here it s evidently presupposed that by virtue of their ordination their prayer would have a particularly efficacy. And then a second and distinct method of relief is directed: anointing him with oil in the name of the Lord….it is not trueat all that oil was regarded as a cure for every disease, no matter what its nature.” Hal. 70.
[iii] Bandingkan dengan apa yang tertulis di Kittel, Theological Dictionary of the New Testament, 229.
[iv] Lihat Migrom, Leviticus 1-16, Anchor Bible Series, 553.
[v] Brown Drivers Brigs (BDB) memasukkan ini dari sumber E; dan orang kudus tidak diragukan adalah praktek yang sangat kuno yang dikenal merupakan bagian masa kerajaan (1 Sam 10:1; 16:13; 1 Raja 1:39). Hal ini berhubungan dengan pengenaan kata yang diurapi pasti ditujukan kepada raja yang diharapkan datang memerintah, atau bisa juga dihubungkan dengan keimamam.
[vi] Leviticus 8 sangat bergantung dari bahan keluaran, lihat Jacob Milgrom, Leviticus 1-16, The Anchor Bible, 545
[vii]Perpindahan pengurapan kepada raja menjadi kepara imam terjadi setelah pembuangan. Lihat J.P Hyatt, Exodus, The New Century Bible Commentary, 287-88
[viii] Lihat Ronald Clement, Exodus, The Cambridge Bible Commentary,196-7.
[ix] D.E Aune bahkan berasumsi bahwa bukan hanya Mark 6:13, tapi juga Yak 5:14 adalah tambahan kemudian khususnya dampak dari kitab Didache, lihat ”Early Christian Worship, The Anchor Bible Dictionary vol.6, 987.

Pdt Mindawati Perangin angin

3 komentar:

Anonim mengatakan...

lha, di kami siapa saja bisa numpangkan tangan kok bu pdt, buktinya sembuh. Soal minyak ok lah!

Anonim mengatakan...

topik yang diperbincangkan banyak gereja. Pertanyaan kami apakah hal ini digumulkan secara serius oleh gereja, apalagi menghubungkannya dengan situasi jemaat belakangan ini Pdt?

Anonim mengatakan...

TANGGAPAN BUAT TEMAN SAYA ATAS TULISAN IBU MINDAWATI TTG PERMINYAKAN DAN TUMPANG TANGAN.

Bagi saya pribadi persoalan yg esensi bukan siapa saja dapat tumpang tangan dan hubungan nya dg situasi jemaat yg mungkin sakit fisik butuh mujizat (maaf klo salah inteprestasi saya).Tapi apakah dgn semua itu nama Tuhan kita Yesus di permuliakan atau tdk.Yesus berkata "bersukacitalah karena nama mu tersurat di rumah Bapa ku di sorga,bukan karena kamu dpt mengusir setan-setan itu"(lihat Alkitab kita).Mengutip Eka : pergumulan/sakit penyakit juga dpt menjadi sarana yg Ilahi utk menyatakan kuasa & kerajaan Allah di muka bumi ini,tdk mesti sembuh.Pak Eka smpai akhir hanyatnya bergumul dgn sakit tp tetap membawa berkat buat umat dan gereja (maaf maksud saya Pdt.Eka Darmaputera,Ph.D)

regards
yobta