Kamis, 12 Juni 2008

Thema: BERUBAHLAH OLEH PEMBARUAN BUDIMU (Roma 12:2b)

Thema: BERUBAHLAH OLEH PEMBARUAN BUDIMU (Roma 12:2b)

Tulisan ini sebagai bahan PA yang dikirim keseluruh gereja anggota PGI dalam rangka Sidang Raya PGI 2004


Thema PA diambil dari Roma 12:2b yang merupakan bagian dari Roma 12:1-2 yang adalah pembukaan bagi Roma 12:1-13:14.[i] Untuk pembahasan PA Thema pagi ini saya sengaja menekankan hanya ayat 1-2 yang walaupun hanya berperan sebagai pembuka dari 12:1-13:14 atau 15:33, tapi isinya sudah mencakup tidak hanya pokok pikiran kitab Roma tapi juga pemikiran Paulus secara keseluruhan.

Roma 121:1-2

(1) Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan[ii] kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati[iii]

(2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.


Kemurahan Allah[iv]

Aku manusia celaka! siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?[v]. Di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-angota tubuhku [vi]

Sebagai orang Yahudi dan yang berguru pada Gamaliel, yang tinggal di dan berwarganegara Romawi, sepertinya agak susah untuk melepaskan diri dari gaya bahasa dualisme yang ada dalam pengajaran Gnostik dan Stoa yang berlaku saat itu. Sepertinya batin dan anggota tubuh dipertentangkan secara antagonistik, begitu juga antara hukum Allah dan hukum dosa; antara tubuh/daging (flesh/ soma, yang paralel dengan dosa) dan roh (kebenaran); antara hamba dosa dan hamba kebenaran (6:15-23); antara perbudakan dan kemerdekaan (Roma 8:18; Galatia 4:1-10; 5: 1-15). Namun, dalam pengertian, Paulus berbeda dengan para Gnostik.[vii] Paulus mengerti bahwa semua anggota tubuh, termasuk batin sudah jatuh dalam kuasa dosa[viii], walaupun ia suka akan hukum Allah.[ix]

…Bahwa di dalam aku , yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang membuatnya, tapi dosa yang diam di dalam aku (7:18-20).

Kuasa dosa bahkan sudah menguasai semua.

…Tidak ada yang benar, seorangpun tidak (3:10b),… semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (3:23)

Ketidak-mampuan manusia untuk berbuat yang baik semakin terpuruk ketika diperhadapkan dengan hukum Taurat. Hukum taurat membuat jarak antara manusia dengan kebenaran semakin jauh. Dan kelak bermuara kekefatalan.[x] Allah harus berginisiatif bertindak menyelamatkan manusia dari keterpurukannya yang perlahan tapi nyata menuju kekehancuran. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus yang diberi gelar Kristus, Allah melakukan rekonsiliasi dengan manusia. Semua yang dibaptis dalam Kristus, yang disebut Kristen, menjadi satu dengan kematian dan kebangkitanNya. Sehingga manusia lama orang Kristen seharusnya sudah mati di Golgota, dan yang hidup sekarang adalah manusia baru yang bukan hamba dosa (6: 1-8). Perubahan status dari manusia lama menjadi baru hanya bisa terjadi oleh kemurahan hati Allah semata (sola gracia- sola fidei), sehingga:

Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati[xi]

Bagian ini akan[1] sangat jelas kalau kita melihat 1 kor 3:16 dan 6:13-20. Di kedua bagian ini hendak menekankan bahwa tubuh adalah kedirian manusia seutuhnya yang dimengerti sebagai bait Allah dimana roh Allah tinggal di dalamnya, dan merupakan milik Kristus. Sehingga orang Kristen seharusnyalah mempersembahkan tubuhnya kepada Allah, bahkan kehidupannya, dan berupaya untuk tetap menjaganya sebagai persembahan yang kudus dan berkenan pada Allah. Inilah ibadah yang sejati (Soli Deo Gloria)[xii]. Penyerahan diri dan kehidupan yang total pada Allah.[xiii]

Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai sebagai senjata kelaliman , tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Serahkanlah anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata senjata kebenaran (6:12-13)[xiv]


(2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini[xv], tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu[xvi] sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Menjadi serupa atau mentransformasikan pikiran?

Berani tampil beda, adalah anjuran yang diperintahkan oleh Paulus di ayat 2 ini. Jelas keberanian tampil beda harus didasari oleh pola pikir yang baru,[xvii] yang berbeda dari cara pandang dunia ini, karena dosa sudah masuk ke dalam dunia (Rom 5:12) [xviii].
Dosa yang menjadi sumber malapetaka bagi seluruh ciptaan tergambarkan seperti satu ciptaan yang begitu berkuasa (Rom 6:6, 7,12,13) yang dimengerti Paulus sebagai keberadaan yang ada bahkan sebelum adanya hukum Taurat (Rom 5:13) dan Yesus diutus ke dunia karena dosa (8:3) dan Allah telah menjatuhkan penghukuman atas dosa di dalam daging (8:3; lihat juga 7:23).[xix] Dosa memisahkan manusia dari Allah[xx], kita hidup tapi kita mati (upah dosa adalah maut)[xxi]. Upaya orang Kristen adalah dengan bantuan roh[xxii], harus selalu memperbaharui diri (memperbaharui pola pikir yang dimengerti sebagai yang memotivasi tindakan, sehingga pola pikir dan tindak adalah sejalan[xxiii]) dianjurkan disini, untuk mampu berperan sebagai garam dan terang. Peran roh perlu ditekankan disini mengingat sedikitnya gereja-gereja kita memberi perhatian pada peran roh kudus. Perlu disadari bahwa tidak ada seorangpun yang tahu pasti kehendak Allah jika pikirannya tidak diperbaharui oleh Allah.[xxiv] Kosongkan diri. Biarkan roh Allah memasuki diri. Mulailah bergaul dengan Allah. Milikilah pengalaman pribadi dengan Allah, seperti Paulus, sehingga pengalaman itu mengasilkan teologia-teologinya. Marilah kita saling bertolong-tolongan sesama perempuan Kristen, sesama jemaat Allah, untuk mencari kehendak Allah melalui bergaul dengan Allah, dan ini memampukan kita untuk menjadi pelaku keadilan, kesetaraan dan perdamaian.


--------------------------
[i] Lihat Van den End, Surat Roma, Jakarta: BPK, 2003, 650. Norman perrin dan Dennis Duling mengertikan Roma 12:1-15:33 sebagai bagian besar yang kelima atau yang terakhir dari isi kitab Roma. Bagian besar yang pertama 1:18-3:20; kedua 3:21-4:25; ketiga 5:1-8:39 dan keempat adalah 9:1-11:36, lihat The New Testament and Introduction, New York: HBJ, 1982, 189-96. lihat juga Charles yang membagi 12:1-15:33 menjdi dua bagian yaitu 21:1-13:14 dan 14:1-15:13, lihat Charles Myers, the Anchor Bible Dictionary, vol. 5, 824-25;
[ii] Saya pikir kata menganjurkan lebih tepat digunakan di sini.
3 NRSV menuliskan spiritual worship, or reasonable.

[iv] lihat juga 2 Kor 1:3 dan Fil 2:1
[v] Rom 7:24
[vi] Rom 7:22-23
[vii] Bandingkan Frederick C Grant, An Introduction to the New Testament Thought, 168 yang menuliskan bahwa Paulus tidak beranggapan bahwa tubuh itu dosa (as in the Old Testament the flesh is weak, but not in itself sinful. It provides the occasion for sin (cf. Roma 7:8,11) the point at which sin finds lodgment in a human being—for the seat of sin is in the will, in the consent of the mind, in the weakness of mortal flesh. Pengertian ini saya pikir bisa dibandingkan dengan Kej 6:5 yang menerangkan sebab dari adanya air bah sebagai bentuk penghukuman dari Allah.
[viii] Grant menuliskan …only in Paul sin is viewed as the corruption of man’s whole nature, to such degree that human nature is in need not only of redemption and cleansing but of total transformation and renewal, An Introduction, 175; bandingkan dengan Martin Dibelius and Werner Georg Kummel, Paul, 112-13.
[ix] Paul Tillich menuliskan…it is not a mater of balance sheets between good and evil that the words express, but rather a matter of our whole being, of our situation as men, of our standing in the afce of eternal- the source, aim, and judge of our being. It is our human predicament that a power takes hold of us, that does come from us but is in us, a power that we hate and at the same time gladly accept. We are fascinated by it; we play with it; we obey it. But we know that it will destroy us if we are not grasped by another power that will resist and control it. We are fasicinated by what can destroy us, and in moments even feel a hidden dsire to be dstroyed by it. This is how Paul saw himself, and how a great many of us see ourselves.” The Eternal Now, 48.
[x] Martin Dibelius and Werner Georg Kummel, Paul, Philadelphia: The Westminster Press, 1966, 118
“the law is holy, and the commandment is holy and just and good (Rom 7:12), but as man would have to fulfill, and yet cannot fulfill, all the requirement of the law, the law has no longer any power, except o show man how lost he is before God and to sink him deeper and deeper in his helplessness (Rom 3;20; 5:20)
[xi] Kausner berpendapat bahwa pikiran ini didapatkan paulus dari gurunya Gamaliel yang adalah murid dari Hillel, karena ajaran ini mirip dengan ajaran Hillel
…since man was created in the image of God and hence his body is like “the statues of kings” entrusted to keepers to guard and keep clean. Lihat Joseph Klausner, from Jesus to Paul, 554. Tapi Dodd berpendapat bahwa pikiran ini sangat dipengaruhi oleh ide bahwa gereja adalah tubuh Kristus, sehingga diidentifikasikan dengan Yesus sendiri di dalam pengorbanan dan kepatuhannya kepada Allah di dalam kehidupan dan kematiannya (1 Kor 11: 23-26), lihat Ch Dood, 191
[xii] Karl Barth, The Epistle to the Romans, New York: Oxford University Press, 1957, 431.
[xiii] Bandingkan Gunther Bornkamm, Paul, New York: Harper and Row, 1969, 130. Guthrie berpendapat bahwa bagi orang Kristen yang penting bukan lagi keinginan dirinya, melainkan kehendak Tuhan, lihat Teologi Perjanjian baru, 285.
[xiv] Anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan (6:19)
[xv] Dunia ini atau waktu kini (zaman ini).
[xvi] Dalam NRSV dituliskan: Do not be comforted to this world (this age) but be transformed by the renewing of your minds. Jadi LAI memakai budi, karena hendak menunjukkan perubahan kelakukan manusia, bukan perubahan pikiran saja, lihat Van den end, Surat Roma, 658.
[xvii] Guthrie berpendapat bahwa Paulus mempertimbangkan pola pemikiran sebagai yang penting dalam pembentukan watak Kristen (pemikiran mendahului bahkan menentukan perbuatan, lihat Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru, 279-80.
[xviii] Paul Tillich menuliskan,… this eon means the state of things in which we are living , which is, according to Paul, a state of corruption, The Eternal Now, 137.
[xix] Bandingkann Martin Dibelius and Werner Georg Kummel, Paul, Philadelphia: The Westminster Press, 1966, 111.
[xx] Keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah. Mereka yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada Allah 8:7-8.
[xxi] Efesus 2:1; Roma 8:3, 1 Kor 15:26.
[xxii] Lihat Gal 5:16-26; 1 Kor 12-14; 2 Kor 3; Roma 8. Dibelius menuliskan tentang besarnya peran roh dalam Paulus, ... Paul was able simply to take for granted as regards both his own and the other churches, that every Christian had received the spirit as a supernatural gift connected with his conversion….There is no doubt that the young Christian churches experienced extraordinary things in their midst: cures and other mighty works…Prayers, too could be the gift of the spirit,…. But Paul clearly emphasised too, that not only wonderful and striking phenomena but also all the powers of the new life, such as love, kindness, gentleness, and chastity were “the fruit of the spirit” (Gal 5:22). Indeed, the gift of guiding the churches, and everything that was done in them in word and deed, doctrine and help was to him a revelation of the new power that ruled in the churches- the divine spirit, Martin Dibelius and Werner Georg Kummel, Paul, 92-3.
[xxiii] Dan inilah keberadaan manusia baru yang seharusnya. Saya sendiri berpendapat bahwa berteologia seutuhnya adalah dimana pola pikir, ucap dan tindak sejalan, lihat Minda Perangin angin, Berteologia seutuhnya, Jurnal Teologia Beras Piher, vol. 1.
[xxiv] Bandingkan The Interpreters Bible vol 9, 582.

2 komentar:

Yobta Tarigan Sibero mengatakan...

Berubah harus lah dari bathin yang paling dalam sehingga tidak hanya sebatas dari kata tetapi dari sebuah tindakan yang sekecil apapun sangat berharga oleh Allah pemilik Gereja..Selamat Berubah...

Partisimon.Com mengatakan...

Trima kasih untuk artikelnya, seputar pembaharuan budi.

Tuhan Yesus memberkati.

salam

Partisimon.Com