Walaupun Dalam pidato kemenangannya Obama telah mengaklamasikan:
“If there is anyone out there who still doubts that America is a place where all things are possible; who still wonders if the dream of our founders is alive in our time; who still questions the power of our democracy, tonight is your answer,”
Dan Thomas L. Friedman menafsirkan kemenangan ini dengan pernyataan:
“Let every child and every citizen an every new immigrant know that from this day forward everything really is possible in
namun lihatlah email yang saya terima hari ini, 11/11/08, “Re: Obama, I am still almost in shock.”
Pernyataan ini masih didengungkan setelah seminggu Obama dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden Amerika yang ke 44. Pernyataan ini datang dari seorang professor berkulit hitam yang mengajar di
Sastrawati hitam Tony Morrison dari
Hidup dalam konteks kepelbagaian, Amerika masih “the best among the worse,” diantara negara-negara kulit putih kaya lainnya di dunia. Amerika terbuka terhadap segala hal, walau belum tentu diterima secara mayoritas. Mimpinya Pdt Dr Martin Luther King Jr (I have a dream) terealisasi, tepat sekitar empat-puluhan tahun yang lalu (1964-2008), ia juga menyatakan,” I may not get there with you. But I want you to know tonight that we, as a people will get to the promised land. Selama waktu yang dibutuhkan
Pdt Jessy Jackson melelehkan airmata menyaksikan pidato kemenangan Obama yang disaksikan dan dirayakan di Harlem dan Time square
Simaklah pernyataan seorang kulit putih yang diwawancarai oleh New York Times (NYT 9/11/08, section: The Nation, 3): “ For a long time, I couldn’t ignore the fact that he was black, if you know what I mean,” Mr. Sinitski, the heating and air conditioning technician told me. “I am not proud of that, but I was raised to think that there aren’t good black people out there. I could see that he was highly intelligent, and that matters to me, but my instinct was still to go with the white guy.” Namun akhirnya tuan Sinitski toch memilih Obama karena pilihan atas Palin sangat tidak tepat dalam kondisi Amerika yang seperti ini.
Satu lagi saya kutip wawancara NYT dengan Tina Davis diartikel yang sama agar pembaca mengerti bagaimana masih kentalnya rasisme di Amerika. Dituliskan: she (Tina) said she had endless conversation with constituents who said they would not vote for Obama. “Most of them couldn’t give me a real answer why,” she said. “I had some of them reciting those stupid emails saying he was a Muslim. I’m pretty blunt. I would just say to them, “you’re against him because he’s black.”
Selain situasi ekonomi yang memang parah, pemilih muda baik dari kalangan hitam, Spanish,
Apa yang patut disimak dari kemenangan Obama ini? Hal yang mendasar adalah kalangan muda, sekitar 40 tahun ke bawah tidak terlalu berpegang pada prinsip primordial yang berbau ras, agama, gender dan suku. Kalangan ini lebih terbuka, realistis, berani mengambil resiko, dan penuh gairah pengharapan ke depan. Isu ekonomi dan pengganguran, asuransi kesehatan, pendidikan, perang Irak adalah isu yang real bagi mereka dari pada masalah aborsi, gay dan lesbian.
Obama cukup realistis melihat kalangan ini, sehingga dikatakannya dalam pidato kemenangannya, “ I know you didn't do this just to win an election and I know you didn't do it for me. You did it because you understand the enormity of the task that lies ahead.”
Kenyataan ini patut dipelajari oleh partai partai dan orang-orang yang akan maju bertarung dalam pemilihan di Indonesia. Apakah ini berarti bahwa:
- Kita menuju pada ketidaktertarikan pada partai politik yang memprioritaskan isu seperti yang didengungkan Sarah Palin? (bagaimana dengan UU Pornografi yang baru diputuskan yang mengatur warga negara seperti anak kecil dan tidak tahu berpikir/ don’t know how to think?).
- Partai politik yang berlandaskan keagamaan harus mulai mengangkat masalah social, ekonomi dan lingkungan.
- Partai politik harus mulai berani memajukan calon-calon yang berlawanan atas persyaratan primordial (tidak berdarah biru, tidak jawa, tidak jendral, tidak di atas 55 tahun, tidak anak mantan presiden, dlsb).
Lihatlah bagaimana demokrat berani memunculkan calon perwakilan minoritas: Obama hitam dan muda, Hillary seorang perempuan. Namun keduanya cerdas, berpendidikan, mempunyai visi dan misi dan yang paling penting memiliki fighting spirit yang positif.
Menggunakan hak pilih juga perlu diingatkan pada masyarakat
So, sekarang Obama telah menjadi presiden yang terpilih, Thomas Friedman menuliskan:
“Obama will always be our first black president, but can he be one of our few great presidents (NYT 5/11/08/A35)?” Jawabannya, wait and see!
Mindawati Perangin angin