Jumat, 12 Maret 2010

Let The Church Be The Church

Let The Church Be The Church



1. Hubungan Let the church be the church dengan GBP GBKP 2010-2015.

Let the church be church, Biarlah gereja tetap sebagai gereja, dalam arti biarlah gereja setia pada hakikatnya sebagai gereja. Mengapa ini menjadi judul tulisan kami? jawabannya adalah karena pernyataan inilah yang dikumandangkan sebagai dasar teologis Garis Besar Pelayanan (GBP GBKP) 2010-2015 yang akan dibahas di Sidang Sinode GBKP yang ke XXXIV pada tanggal 11-18 April di Sukamakmur. Jadi bagi seluruh jemaat GBKP umumnya dan peserta sidang Sinode khususnya, ada baiknya
Jika dasar pemikiran teologis ekklesiologis visi GBP GBKP 2010-2015 sudah disimak lebih dahulu sebelum kita putuskan di sidang Sinode bulan depan.

2. Let the church be the church sebagai dasar visi dan misi GBP GBKP 2010-2015.

Let the church be the church adalah dasar dari visi GBP GBKP lima tahun ke depan yaitu: BERLAKU SEBAGAI TUBUH KRISTUS.

Pengertian Berlaku sebagai tubuh Kristus dijabarkan dalam empat poin pengertian yaitu:

1. Terjadi transformasi pribadi tiap orang menjadi murid Kristus.(manusia baru)
2. Mendudukkan pengertian Gereja yaitu gereja adalah orangnya (being as a church).
3. Gereja mampu berdampak di dan bagi dunia (church is in the world and for the world) baik dalam relasi antar-gereja (intra church) dan antar-kepercayan (inter-faith)
4. Meningkatkan solidaritas, dan mengerti serta memberlakukan apa artinya solidaritas Kristus bagi seluruh ciptaan (church of the poor dan concern pada integration of creations yang menegakkan kebenaran dan keadilan).

Visi GBP 2010-2015 yang dijabarkan dalam empat (4) poin di atas diwujudkan dalam
a/ enam (6) misi yaitu:
1. Meningkatkan Spiritualitas Jemaat
2. Meningkatkan Teologia dan Peribadahan Jemaat
3. Meningkatkan Sikap Solidaritas Berdasarkan Penghargaan Terhadap Kemanusiaan
4. Meningkatkan Penegakan Kebenaran, Keadilan, Kejujuran dan Kasih
5. Meningkatkan Kwantitas Jemaat yang Terpercaya (kwantitas yang berkwalitas)
6. Meningkatkan Perekonomian Jemaat

Dan b/: THEMA sidang sinode 2010 yaitu : GALATIA 6:2a : Bertolong Tolonganlah Menanggung Bebanmu dan Sub Thema: Bersama-Sama Dengan Seluruh Jemaat Kita Tingkatkan Kehidupan Spiritualitas dan Solidaritas Untuk Kemandirian Teologia, Daya Dan Dana.

Keenam (6) misi GBP di atas diimplementasikan dalam lima (5) program tahunan yaitu:

1. Tahun 2011 : Meningkatkan Teologia Dan Spiritualitas (Mutu Ibadah)
2. Tahun 2012 : Meningkatkan Solidaritas Internal GBKP.
3. Tahun 2013 : Meningkatkan Solidaritas Eksternal (Ekumene Gereja Dan
Masyarakat)
4. Tahun 2014 : Meningkatkan SDM
5. Tahun 2015 : Meningkatkan sosial, Ekonomi,dan Budaya Jemaat



2. Apa dan mengapa let the church be the church sebagai dasar gerak kita lima tahun ke depan.

Mengapa Let the church be the church diangkat sebagai dasar visi lima tahun kedepan kita? Jawabannya adalah Karena latarbelakang pernyataan yang dikeluarkan oleh konperensi misi dan penginjilan sedunia ini yang mau menegaskan kembali agar gereja kembali ke barak (back to basics), mengena ke konteks GBKP yang berada dalam kegamangan untuk mengeksis dalam tiga konteks yaitu lokal, nasional dan global. Kegamangan dalam berupaya untuk tetap eksis di dunia ini membuat GBKP sudah hampir menjadi sama dengan dunia padahal gereja bukanlah bagian dari dunia walau ia ada di dunia namun ia harus untuk dunia (the church is in the world but not of the world but for the world).

Keberadaan gereja seperti ini memerlukan pelayan yang berintegritas yang harus selalu tinggal di dalam pemiliknya (Kristus), seperti ranting yang tidak akan bisa hidup jika lepas dari pohonnya. Jika tidak begini maka gereja sudah tidak menjadi gereja lagi, tapi institusi social, Serikat Tolong Menolong (STM); LSM atau bahkan organisasi politik. Hal inilah yang disoroti dan awal dari munculnya gereja-gereja evangelical versus gereja-gereja ekumenikal.

Keberadaan gereja di dunia bukan berarti kita kompromi atau menjadi sama dengan dunia. Salah besar!. Tapi bagaimana gereja harus menempatkan dirinya di dalam dan menjalin relasi dengan dunia.

Disatu sisi pernyataan ini mengharuskan kita untuk selalu memperbaharui metode pendekatan (methode approach) kita agar keberadaan gereja berdampak (church for the world). Disini gereja harus berorientasi pada kebutuhan (the need) orang yang kita layani, sehingga Agenda gereja (program dan prioritas kerja) harus selalu berubah berdasarkan need konteksnya/jemaatnya karena misi gereja tidak pernah berubah. Pola pelayanan dan ibadah yang belum terlampau memperhitungkan perubahan dalam masyarakat memerlukan terobosan dan inovatif. Di era global dimana dunia adalah pasar (market) membuat kehidupan menjadi sangat keras dan kompetitif, individualisme dan koncoisme meroket. Manusia yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan akan tersingkir. Di konteks begini manusia membutuhkan sentuhan personal dan ruang untuk bisa mengekspresikan rasa yang terkebiri selama ini. Sehingga pola ibadah dan pelayanan haruslah mengakomodasi kedua aspek ini, Juga jadwal kegiatan GBKP haruslah disesuaikan dengan kalender kerja masyarakat yang telah berubah. Pembinaan haruslah ditingkat dan pengadaan kurikulum yang berkesinambungan dari Ka-Kr hingga Moria-Mamre haruslah diadakan juga layak mulai dipikirkan untuk
Metode pembinaan yang memperkuat basis di sektor-sektor sehingga peranan penatua dan diaken sangat penting.

Disisi lain pada saat yang bersamaan gereja harus mampu menjabarkan Tuhan yang tidak berubah di konteks dunia yang terus berubah. Ini berarti gereja bukan sekedar mengiyakan apa yang dunia katakan, malahan gereja harus mengatakan apa yang terbaik bagi dunia dalam terang apa yang direncanakan dan dikehendaki Allah bagi dunia ini. Dan ini sering kali berarti harus menentang dan menantang roh-roh zaman yang cenderung menghanyutkan dunia. Disinilah gereja harus mampu memberikan alternative lain kepada dunia melalui pelayanan,kesaksian dan persekutuannya. (sehingga tidak perlu memunculkan aliran fundamentalisme dalam gereja). Untuk ini gereja harus menguasai “bahasa” dunia, dalam arti sosal, politik, ekonomi dan budaya dll

Berdasarkan kedua sisi ini maka gereja haruslah multi purposes dalam arti harus menampilkan ibadah dan diakonia yang menjawab kebutuhan jemaatnya dan inilah marturianya; dan koinonianya hendaklah menjadikan setiap jemaat menjadi being as a
church sehingga mampu mewujudkan dalam tingkah laku, tutur kaya, sepak terjang yang menyatakan kasih Allah kepada dunia ini, dan berani memberitakan injil yang menuntut dan harga pasti bukan membuai (etika yang either or, istilah kami, bukan both and). Disinilah maka kita tampilkan GBKP sebagai church of the poor not for the poor dan menempatkan Meningkatkan Penegakan Kebenaran, Keadilan, Kejujuran dan Kasih
tetap dalam misi GBP lima tahun ke depan.

Ingatlah bahwa gereja adalah alat bukan tujuan. Gereja adalah alat Allah untuk mewujudkan misinya menghadirkan kerajaanNya di atas dunia ini (bandingkan: Sehingga tercipta langit dan bumi yang baru wahyu 21). Sehingga gereja hanya menyampaikan maunya Allah, bukan maunya kita. Sebagai alat, gereja hanya menjadi penting jika ia menjalankan fugsinya yaitu menyampaikan misi Allah, pembawa kabar baik (euanggelion). Sehingga jika gereja tidak berfungsi seperti ini ia menjadi insignifkan. Gereja bukanlah bertujuan untuk dirinya sendiri; memperbesar dan memperkuat dirinya sendiri. Sikap seperti ini berlawanan dengan sikap solidaritas yang ditunjukkan Allah dalam memberikan anakNya tunggal (Yoh 3:16) dan Golgotha. Tapi Gereja sesuai dengan pengertian ek-kalio, dipanggil keluar maka setiap jemaat as being a church dipanggil untuk mewujudkan kerajaan Allah di dunia melalui tiap pribadi anggota jemaat yang mengakui dirinya sebagai pengikut Kristus haruslah hidup berdasarkan injil (hakekat manusia baru yang hidup dalam roh- being as a church).

Jika tiap jemaat berpola tindak seperti ini maka akan terwujud persekutuan gereja yang hidup di dalam dan dengan Kristus, dimana iman harus diekspresikan; Seseorang tidak dapat mengclaim mendengar suara Tuhan tanpa mampu mendengar ratapan seluruh ciptaan; Seseorang tidak dapat mengatakan telah menerima terang tanpa memancarkan terang itu. Disnilah Gereja sebagai tubuh Kristus mewujudkan ulang kuasa kristus, sehingga pelayanan gereja menjadi kesaksian.

Berdasarkan pemaparan di atas maka GBKP lima tahun ke depan haruslah menjadi
bukan yang eksklusif dan ekspansif tapi inklusif, inspiratif dan rekosiliatif, disinilah ia berperan dengan gaya yang menghamba siap mengabdi kepada semua dan haruslah ia:

1. Berkesadaran identitas yang kokoh (teologia kontekstual dalam hubungan let the church be the church).
2. Memiliki visi yang jelas (agar mampu mempertahankan identitasnya sebagai
gereja)
3. Peka dan tanggap dalam perubahan situasi (church for the world)
4. Oikumenis (gereja sebagai milik Kristus, church of Christ)
5. Kepedulian sosial dan berwawasan kebangsaan yang tinggi (solidaritas yang
kontekstual)
6. Kepemimpinan yang efektif, aspiratif, partisipatif dan kolektif (management
kepemimpinan)
7. Partisipasi warga jemaat yang luas (being as a church)
8. Spiritualitas yang bersolidaritas (berketaatan penuh kepada Allah dan kasih
kepada manusia)



Selamat bersidang sinode. Wujudkanlah being as a church , BERLAKU SEBAGAI TUBUH KRISTUS selama mengikuti persidangan ini, sehingga segala sesuatu yang terjadi selama sidang sinode GBKP yang ke XXXIV ini adalah dari dan untuk kemuliaan nama sipemilik gereja saja, yaitu Kristus Tuhan kita. Amin.