Senin, 09 Juni 2008

Wawancara Sdr Jenda Bangun (harian Perjuangan) dgn Pdt Mindawati -sekilas pandang-

Wawancara Sdr Jenda Bangun (harian Pejuangan) terhadap Pdt Mindawati Perangin angin


Tanya: Apa kabar Bu Pendeta ?

Jawab: Baik, terima kasih

Tanya: Masih eksis dengan kesibukan sebagai orang dalam Moderamen plus pembicara seminar ke seminar ?

Jawab: Masih, Cuma kini konsentrasi lebih difokuskan kekegiatan sebagai Kabid Personalia dan SDM GBKP juga menangani proses ketibaan GBKP di teologia kontekstualnya.

Tanya: Tantangan apa yang paling terasa dalam keseharian Ibu, khususnya menangani SDM GBKP ?

Jawab: Pola Pikir yang menghasilkan Etos Kerja

Tanya: Bagaimana dengan sosialisasi kebijakan ibu ,mantap ?

Jawab: Ha-ha-ha. Cuma, tugas saya adalah kerja dan kerja terus. Setelah dua tahun sebagai fulltimer di GBKP, saya pikir saya bisa katakan bahwa yang perlu saya lakukan adalah kerja, kerja dan kerja. Tidak perlu mengeluh, tidak perlu terlalu marah lagi (tapi marah masih perlu). Buah dari pekerjaan yang dilakukan apakah cepat, lambat atau bahkan sangat lambat adalah urusan Roh Kudus

Tanya: Mungkin ada rujukan yang Ibu adopsi dari luar GBKP guna pengembangan pelayanan ?

Jawab: Jelas saja, semisal aspek positif yang kami lihat ketika menganalisa metode Gereja-Gereja Pentakosta yang berkembang di Amerika Selatan dan Africa bisa diterapkan di GBKP. Jelas dalam menganalisa ini, penting sekali melihat peran konteks (unsur ekonomi, kebudayaan dan politik).
Juga berdasarkan analisa atas keberadaan gereja di Eropah yang sangat sepi dari umat di konteks post-post-modern, strategi juga perlu kita siapkan untuk GBKP sebagai gereja yang berada dalam konteks post-colonial. Untuk mengadopsi dan mentransformasi GBKP harus mempunyai kemampuan menganalisa konteks, dan hasil analisa diterapkan untuk pengembangan pelayanan sehingga GBKP tidak mengarah ke situasi Eropah kini juga tidak diharapkan menuju kearah yang ada di Amerika Latin dan Afrika kini. GBKP harus melakukan pelayanannya berdasarkan konteks, tradisi dan mendasarkannya pada pengertiannya akan Alkitab seperti yang tertulis dalam konfesi GBKP yang di sahkan di sidang sinode 2005 baru lalu. Sehingga identitas GBKP itu selalu ada dan jelas.


Tanya: Apakah efektif buat pelayanan dewasa ini ?

Jawab: Latar-belakang pengadopsian kan untuk lebih mengefektifkan pelayanan.

Tanya: Bagaimana pandangan Ibu soal daerah pelayanan “basah” atau “kering” ?

Jawab: Ha-ha-ha. Jika kita mengimani pernyataan ”Cari dahulu kerajaan Allah dan kebesaranNya,…maka semuanya akan ditambahkan padamu,” dan juga lagu yang selalu kita nyanyikan, Melayani-melayani lebih sungguh- Tuhan lebih dulu melayani kepadaku, melayani-melayani lebih sungguh, - dan pengimanan ini bersumber dari kekuatan panggilan – maka para pelayan tidak mengenal pembagian wilayah pelayanan, apalagi pembagian strata berdasarkan kategori sumber devisa. Sebagai ketua Personalia dan SDM GBKP kami tidak pernah melihat basah dan kering, tapi penempatan pelayan berdasarkan kecocokan kesimpulan hasil analisa tempat (kondisi Runggun/gereja local) dan analisa SDMnya (pelayannya).

Tanya: Masihkah ada kesempatan Ibu bertemu dengan jemaat ?

Jawab: Pertanyaan-pertanyaan anda banyak memancing tawa saya. I always try to do my best dalam semua hal, termasuk untuk bisa bertemu dengan jemaat. Misal dengan memimpin kebaktian Minggu atau memberikan ceramah. Walau untuk memberikan ceramah saya lebih memilih dilevel Moderamen dan Klasis. Tugas utama kami saat ini adalah merefisi konsep yang ada dan menciptakan konsep yang belum ada didasarkan oleh pengertian GBKP akan gereja (ekklesiology). Dan ini sangat menyita waktu, apalagi jika konsep yang dihasilkan adalah baru dan masih agak jauh dari jangkauan pemikiran warga dan pendeta secara umum. Jadi kesiapan mental harus dimiliki juga bagi para penggagas, apalagi gereja kita adalah gereja suku yang bagaimanapun masih patriarchal.

Tanya: Ada yang bilang Ibu cukup kritis dan vocal dalam segala hal berkaitan tugas-tugas,apa memang ada dampak positifnya ?

Jawab: Kembali lagi anda membuat saya tertawa. Cuma jika kita tahu bahwa yang kita lakukan adalah dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan dan untuk kepentingan GBKP kini dan nanti dan pemilik GBKP adalah Kristus, maka yang perlu kita pedomani adalah tidak menyakiti hati Kristus. Dampak positifnya pasti ada, Cuma kita harus realistis bahwa untuk merubah pola laku haruslah merubah pikir. Merubah pola pikir ini memerlukan waktu yang panjang. Jadi saya pikir yang penting untuk saya lakukan adalah terus bekerja dan menyerahkan hasilnya pada Tuhan dan mengkader yang muda-muda agar bisa meneruskan pemikiran dan program yang telah dicanangkan.

Tanya: Bagaimana Ibu membagi waktu antara tugas dan kewajiban sebagai ibu rumah tangga ?

Jawab: Karena sebagai salah satu ketua Moderamen bagian Personalia dan SDM yang full timer, maka kami harus tinggal di Kabanjahe. Karena tidak ada rumah di Kabanjahe maka kami ditempatkan di Berastagi. Karena keaktifan anggota keluarga yang lain adalah di Medan, maka saya tinggal sendiri di B.Tagi dan hanya turun ke Medan Sabtu- Minggu jika tidak ada jadwal atau kegiatan Moderamen. Saya agak jarang bertemu keluarga dan si bungsu sudah mulai menampakkan pemberontakkannya. Sehingga terus terang saya sangat berterima kasih dengan suami dan kakak si bungsu yang mencoba semampu mungkin untuk mengisi kekosongan tempat saya di rumah. Jika ada kesempatan berkumpul saya pergunakan secara bijaksana: diupayakan makan bersama, main bersama dan nonton bersama, walau kadang saya mengikuti kegiatan mereka sambil membaca, atau ngantuk. However saya selalu berusaha agar keluarga jangan berantakan karena kesibukan saya yang bukan hanya di GBKP tapi juga di CCA (Dewan Gereja Asia), WARC (Reformed sedunia) dan WCC (Dewan Gereja Sedunia).

Tanya: Lalu, apakah sikap kritis dan vokal itu ,juga berlaku di rumah ?

Jawab: Yes. Dimana saja saya tampil sebagaimana saya adanya.

Tanya: Bagaimana tanggapan suami Ibu di rumah ,manakala perjalanan ke luar negeri memakan waktu lama ?

Jawab: Pernah dikatakan suami di awal saya acap pergi keluar negeri, ” kalau hatiku tidak akan pernah menyetujuimu untuk acap ke luar negeri dan bahkan sampai ber minggu. Cuma jika kuturuti kata hatiku, kamu akan ”mati.” Karena itu adalah bagian dari ritme hidupmu.” Statement ini mengandung pengertian yang besar sekali dan inilah cinta. Seperti itu jugalah pengertiannya dan seluruh keluarga, bukan hanya suami dan anak tapi juga semua kakak, adik saya satu ibu-bapa yang mengerti sekali bahwa saya kerja oriented sekali.

Tanya: Menurut Ibu sebagai pekerja di ladang Tuhan, lebih diperlukan pengetahuan atau pelayanan maksimal ?

Jawab: Both, keduanya. Seorang pelayan yang bijaksana ialah jika ia selalu mau mengembangkan pengetahuan, mental dan spiritualnya, jadi keterkaitan antara pola pikir, ucap dan tindak terus bertumbuh.

Tanya: Misalnya Ibu tidak lagi mengabdi seperti sekarang,Ibu memilih profesi sebagai apa ?

Jawab: Ibu rumah tangga.

Tanya: Kenapa mesti itu pilihannya ?

Jawab: Saya ingin menekuni sesuatu yang belum pernah saya hadapi seutuhnya (fully). Jawaban ini juga sangat mengagetkan banyak teman dalam dan luar negeri. Mereka katakan bahwa saya tidak akan betah menjadi ibu rumah tangga. Dan hampir semua nya mengatakan hal yang sama.

Tanya: Apa pesan Ibu untuk masa depan pengelolaan manajemen gereja di Sumut ?

Jawab: Harus dibenahi sekaligus ditingkatkan. Dan lakukanlah secara comprehensive.

Tidak ada komentar: