Senin, 22 Maret 2010

KEBENARAN TIDAK PERNAH KALAH DARI KETIDAK BENARAN.

KEBENARAN TIDAK PERNAH KALAH DARI KETIDAK BENARAN.

Orang mengamini pernyataan ini tapi tidak hidup di dalamnya. Mengapa? Karena kita tidak sabar. Kita mau semuanya cepat terselesaikan. Sehingga mata ganti mata gigi ganti gigi. Hasilnya? Perpecahan dan kekacauan. Mengembalikan keadaan menjadi normal sudah memerlukan waktu yang lebih lama. Dan jika sudah ada luka, bekas itu tidak akan pernah sirna. Itukah maunya kita? Ketika kita katakana keledai tidak akan terperosok ke dalam lubang untuk kedua kalinya? Kita bukan hanya dua kali, bahkan berkali-kali.

Ketika manusia penuh ambisi, ia buta dan tuli. Makanya Yesus mengatakan ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Yang buta dan tuli ini bukan orang bodoh, bukan orang yang tidak mengenal rumah Allah, bukan yang bukan aktivis keagamaan, bahkan merekalah biangnya. Mereka pintar dalam kebodohan; mereka suci dalam kemunafikan; mereka aktivis Tuhan dalam kepalsuan, merekalah yang menyalibkan Ia.

Sejak awal Yesus tahu merekalah yang acap menggunakan firman Tuhan untuk menghukum sesama, dan mencari cari kesalahan siapa saja. Musuh utama mereka adalah yang tampil utama. Mereka tidak mau disaingi karena mereka mengclaim dirinya merekalah yang terutama dan yang harus menempati posisi itu. Dicarilah berbagai cara, dan mengkondisikannya yang berpuncak di Golgotha. Jangan bilang Allah membiarkan atau cuci tangan? Itu Pilatus. Allah memakai kebutaan mereka untuk menggenapi rancanganNya. Dinilah kemahakuasaan Allah, yang saat itu juga adalah keterbatasan manusia. Ketika manusia mengatakan bahwa ia menang, ternyata ia kalah; Bahwa ia tinggi padahal ia rendah.

Yang dihina, disiksa, dinista, yang di claim sebagai pembohong, pengacau, sok hebat, sok pintar, sok berani, sok apalagi--- dibalikkan menjadi--- ya mulut yang sama menyatakan, Ia anak Allah.

Penyerahan diri Yesus pada Penciptanya yang utuh penuh membuat pemenuhan rancangan Allah menghasilkan buah yang lebat sekali. Inilah intinya. Yesus tidak bereaksi atas semua yang dicerca padanya. Ia mengerti kelemahan manusia, untuk itu Ia datang, sehingga jika ia bereaksi atas semua ketidakbenaran yang ditujukan padanya ia sudah tidak Yesus lagi, ia sudah menjadi sama seperti mereka. Keimanan yang utuh penuh menghasilkan pernyataan, “Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.! Yesus percaya Bapanya adalah Tuhan yang hidup yang tidak akan membiarkan Golgotha sebagai penghinaan, tapi puncak kemuliaan sebagai titik tolak perubahan yang radikal, yaitu pandangan dan pola pikir manusia direbut Allah menjadi pandangan dan pola pikir Allah.

Dalam konteks dimana ketidakbenaran sangat berkuasa karena dimiliki banyak orang dan yang berkuasa, jangan gentar. Tidak ada hal yang baru bukan? Percayalah:
1.Mereka dalam keadaan buta dan tuli, anda berteriak mereka tidak dengar, anda
bertindak mereka tidak lihat.
2.Waktu akan menjawabnya, biarkan Allah kita yang hidup memainkan perannya. Dalam
semua situasi Allah disitu dan waktu Allah adalah yang terbaik buat kita semua.
3.Jika kita bereaksi atas semua ketidakbenaran yang dinyatakan pada kita, kita akan
menjadi sama dengan mereka, dan akan jatuh pada ketidakbenaran juga.
4.Dalam konteks begini anda menjadi sendiri, tersingkirkan dan terpojokkan, juga
tidak ada hal yang baru. Yesus juga ditinggal para murid yang sebelumnya mengklaim
sangat menyayanginya. Ingat Allah mu yang setia tidak pernah meninggalkan diri
kita.
5. Perbanyak berdoa dan bersekutu denganNya, sehingga kita mampu bertahan sampai Ia
mewujudkan rancanganNya.

Selamat melakukan perenungan menjelang Jumat Agung. Renungkanlah, apakah sebenarnya diri kita adalah bagian dari yang menyalibkan Ia.